Komunikasi : Definisi Menurut Ahli, Fungsi, Jenis, Dimensi, Indikator, Proses, Gaya, Pola, Daftar Pustaka

Komunikasi Definisi Menurut Ahli, Fungsi, Jenis, Dimensi, Indikator, Proses, Gaya, Pola, Daftar Pustaka

Artikel ini mengenai Komunikasi : Definisi Menurut Ahli Fungsi Jenis Dimensi Indikator Proses Gaya Pola di update pada April 2020

Definisi Komunikasi

Dalam Buku Pengantar Ilmu Komunikasi Menurut Ahli (Vardiansyah, 2004 : 3), kata “komunikasi” berasal dari bahasa Latin, communis, yang berarti membuat kebersamaan atau membanagun kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Akar katanya communis adalah communico, yang artinya berbagi (Stuart, 1983).

Dalam hal ini, yang dibagi adalah pemahaman bersama melalui pertukaran pesan. Komunikasi sebagai kata kerja (verb) dalam bahasa Inggris, communicate, berarti :
  • Untuk bertukar pikiran – pikiran, perasaan perasaan, dan informasi;
  • Untuk membuat tahu;
  • Untuk membuat sama; dan
  • Untuk mempunyai sebuah hubungan yang simpatik.

Sedangkan dalam kata benda (noun), communication, berarti :
  • Pertukaran symbol, pesan – pesan yang sama, dan informasi;
  • Proses pertukaran di antara inividu – individu melaluisistem simbol – simbol yang sama
  • Seni untuk mengekspresikan gagasan – gagasan; dan
  • Ilmu pengetahuan tentang pengiriman informasi (Stuart, 1983).

Sedangkan dalam Buku Komunikasi Organisasi, definisi  komunikasi menurut ahli Carl I. Hovland, Janis, an Kelley adalah : “Communication is the process by which an individual transmits stimuly (usually verbal) to modify the behavior of other individuals”.

“Dengan kata lain, komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus Dengan kata lain, komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain. Pada definisi ini mereka menganggap komunikasi sebagai suatu proses, bukan sebagai suatu hal”. (Muhammad, 2009 : 2)

Menurut ahli Trenholm dan Jensen (dalam fajar, 2009), komunikasi merupakan suatu proses dimana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam saluran. Suatu proses yang mentransmisikan pesan kepada penerima pesan melalui berbagai media yang dilakukan oleh komunikator adalah suatu tindakan komunikasi.

Kalau menurut Weaver (dalam Fajar, 2009), komunikasi adalah seluruh prosedur melalui pemikiran seseorang yang dapat mempengaruhi pikiran orang lain.

Menurut Mary B. Cassata dan Molefi K. komunikasi sebagai proses transmisi informasi yang dilakukan dengan tujuan untuk mempengaruhi khalayak (Hidayat, 2012)

Menurut ahli Gerald R. Miller menyatakan bahwa komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan pesan kepada penerima, dengan kesadaran niat untuk mempengaruhi prilaku penerima pesan (Hidayat, 2012).

Menurut Miller (Mulyana, 2013:68), “Komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima”.

Menurut ahli Bernard Berelson dan Gary A. Steiner (Mulyana, 2014), dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar mendefinisikan komunikasi, yaitu trasnmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figur, grafik, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasa disebut komunikasi”.

Komunikasi merupakan kebutuhan dasar manusia. Sejak lahir dan selama proses kehidupannya, manusia akan selalu terlibat dalam tindakan-tindakan komunikasi. Tindakan komunikasi dapat terjadi dalam berbagai konteks kehidupan manusia, mulai dari kegiatan yang bersifat individual, di antara dua orang atau lebih, kelompok, keluarga, organisasi, dalam konteks publik secara lokal, nasional, regional dan global atau melalui media massa.  Tindakan komunikasi dapat dilakukan secara verbal, nonverbal, langsung dan tidak langsung. (Sendjaja, "Pengantar ilmu komunikasi." (2014): 1-41.)

Menurut Widjaja (2010:1) dalam Mafra (2017:15) komunikasi adalah suatu kontak antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok dalam kehidupan sehari-hari, disadari atau tidak komunikasi adalah bagian dari kehidupan itu sendiri sejak manusia dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya.

Komunikasi menjadi peranan penting bagi kehidupan manusia dalam berinteraksi di kehidupannya sehari-hari. Di dalam sebuah komunikasi feedback merupakan hal yang diharapkan untuk mampu mencapai tujuan yang dimaksud dalam berkomunikasi. Komunikasi adalah sarana interaksi manusia. Di dalam komunikasi tersebut termuat ide, perasaan, dan pesan-pesan tertentu. Supaya suatu komunikasi dapat dimengerti, manusia menggunakan bahasa. Dimengerti bukan hanya untuk memahami bahasa yang digunakan, namun mengerti artinya memahami makna yang terkandung di dalam komunikasi tersebut (Gassing S.S., & Suryanto, 2016).

Menurut Ganyang (2018:208) komunikasi adalah proses menyampaikan informasi dan pengirim kepada penerima pesan secara efektif.

Fungsi Komunikasi

Berdasarkan pengamatan yang para pakar komunikasi lakukan, komunikasi mengemukakan fungsi-fungsi yang berbeda, meskinpun adakalanya terdapat kesamaan dan tumpang tindih diantara berbagai pendapat tersebt. Menurut Gorden komunikasi mempunyai empat fungsi yaitu (Mulyana, 2014:5-38):
1. Fungsi Komunikasi Sosial
  • Fungsi komunikasi sebgai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep-konsep diri kita, aktualisasi-diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan antara lain lewat komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain. 
  • Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia bisa dipastikan akan “tersesat,” karena tidak sempat menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial. Implisit dalam fungsi komunikasi sosial ini adalah fungsi komunikasi kultural. 
  • Para ilmuwan sosial mengakui bahwa budaya dan komunikasi itu mempunyai hubungan timbal balik. Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi, dan pada gilirannya komunikasi juga menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya.
2. Fungsi Komunikasi Ekspresif
  • Komunikasi ekspresif tidak langsung bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrument untuk menyampaikan perasaan (emosi) kita. 
  • Perasaan-perasaan tersebut dikomunikasikanterutama melalui pesan non verbal. Perasaan sayang peuli, rindu, simpati, gembira, marah dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, manun terutama lewat perilaku nonverbal.
3. Fungsi Komunikasi Ritual
  • Komunikasi ritual bertujuan untuk komitmen mereka kepada tradisi keluarga, komunitas, suku, bangsa, negara, ideology, atau agama mereka. Komunikasi ritual sering juga bersifat ekspresif, menyatakan perasaan terdalam seseorang. Orang menziarahi makam Nabi Muhammad, bahkan menangis di dekatnya, untuk menunjukkan kecintaannya kepadanya. 
  • Para siswa yang menjadi pasukan pengibar bendera merah putih, sering dengan berlinang air mata, dalam pelantikan mereka, untuk menunjukkan rasa cinta mereka kepada nusa dan bangsa, terlepas dari apakah kita setuju  terhadap perilaku mereka atau  
4. Fungsi Komunikasi Instrumental
  • Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan, dan juga menghibut. Bila diringkas, maka kesemua tujuan tersebut dapat disebut membujuk (bersifat persuasif). 
  • Komunikasi yang berfungsi memberitahukan atau menerangkan (to inform) mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi yang disampaikannya akurat dan layak diketahui. 

Jenis-Jenis Komunikasi 

Komunikasi yang efektif merupakan aspek esensial bagi seorang public relations. Hubungan dengan masyarakat internal dan eksternal hanya dapat dibina melalui komunikasi. Jika komunikasi tidak berjalan dengan baik, maka kesalahan persepsi akan mudah terjadi. Pada akhirnya, sebuah konflik akan terbentuk dan membuat suatu organisasi tidak dapat mencapai tujuannya. Oleh karena itu, di dalam praktik komunikasi harus terbina dengan baik (Gassing S. S, & Suryanto, 2016).

Keberhasilan komunikasi sangat bergantung pada pesan yang disampaikan kepada audiens. Pesan adalah segala sesuatu yang disampaikan oleh seseorang dalam bentuk symbol yang di persepsi dan diterima oleh khalayak dalam serangkaian makna (Bungin, 2015).

Komunikasi berkaitan dengan sirkulasi fakta, pandangan dan gagasan antara organisasi dengan publik untuk mencapai pengertian tertentu. Berikut beberapa jenis komunikasi yang terjadi dalam kehidupan:
1. Komunikasi Internal
  • Menurut Effendi (2004), komunikasi internal adalah proses pertukaran informasi dan komunikasi di antara pimpinan dan para karyawan dalam suatu organisasi atau perusahaan yang menyebabkan terwujudnya struktur yang khas dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertikal yang menyebabkan pekerjaan dapat berlangsung secara efektif. Komunikasi internal merupakan unsur utama di dalam suatu perusahaan atau organisasi dalam rangka mencapai tujuan bersama. 
  • Hal tersebut dapat menjadi kunci suksesnya sebuah program. Tujuan dari komunikasi internal adalah untuk menyamakan persepsi, pola pikir dan arah pandangan suatu perusahaan atau organisasi menjadi satu tujuan. 
 2. Komunikasi Eksternal
  • Komunikasi eksternal merupakan komunikasi antara pimpinan organisasi dengan khalayak di luar organisasi (Effendy, 2006). Menurut Suranto AW (2005) komunikasi eksternal merupakan proses komunikasi antara sebuah organisasi dengan pihak-pihak diluar organisasi (public external). Sebagaimana diketahui bahwa keberadaan suatu organisasi pasti memerlukan bantuan, partisipasi, kepercayaan, dan kerjasama dengan lingkungan sekitar, baik dari organisasi lain maupun masyarakat umum. 
  • Maka dari itu, seorang public relations sangat berperan penting dalam komunikasi eksternal untuk membangun suatu komunikasi yang baik dalam mencapai sebuah citra positif terhadap suatu perusahaan atau organisasi. 
3. Komunikasi Verbal
  • Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, baik itu secara lisan maupun tulisan. Komunikasi verbal paling banyak dipakai dalam hubungan antar manusia untuk mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran, gagasan, fakta, data, dan informasi. Di dalam proses ini terjadi hubungan secara langsung melalui lisan maupun tulisan antara komunikator dengan komunikan. 
 4. Komunikasi Non-Verbal
  • Komunikasi non-verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Pesan-pesan non-verbal sangat sulit untuk ditafsirkan dari pada simbol verbal. Komunikasi non-verbal lebih jujur mengungkapkan hal yang ingin diungkapkan karena dilakukan secara spontan (Nugroho W., 2010, dalam Modul Teori Komunikasi Verbal dan Non-verbal). 
  • Komunikasi non-verbal meliputi semua aspek komunikasi selain kata-kata sendiri seperti bagaimana kita mengucapkan kata-kata (volume), fitur, lingkungan yang mempengaruhi interaksi (suhu, pencahayaan), dan benda-benda yang mempengaruhi citra pribadi dan pola interaksi (Wibowo F., 2010, dalam Komunikasi Verbal dan Non-verbal).  
5. Komunikasi Interpersonal
  • Pada hakikatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih secara langsung dan terjadi timbal balik secara verbal maupun non-verbal. Komunikasi ini paling efektif mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang memiliki karakteristik yaitu komunikasi terjadi dari satu orang ke orang lain. 
  • Komunikasi berlangsung secara tatap muka dan isi dari komunikasi tersebut merefleksikan karakter pribadi dari tiap individu itu sebaik hubungan dan peran sosial mereka (Peter, 2001, Interpersonal Communication). 
6. Komunikasi Formal
  • Komunikasi formal menurut Mulyana (2005) adalah komunikasi yang menurut struktur organisasi seperti komunikasi ke bawah dan komunikasi ke atas, serta komunikasi horizontal. 

Dimensi dan Indikator Komunikasi  

1. Komunikasi Internal
  • Komunikasi internal didefinisikan oleh Brennan (dalam  Effendy: 2013: 122) sebagai: “Pertukaran gagasan di antara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan atau jawatan yang menyebabkan terwujudnya perusahaan atau jawatan tersebut lengkap dengan strukturnya yang khas (organisasi) dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertikal di dalam perusahaan atau jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan  manajemen).” 

A. Dimensi komunikasi Internal
  • Komunikasi vertikal, “Komunikasi vertikal, yakni komunikasi dari atas ke bawah (downward communication) dan dari bawah ke atas (upward communication), adalah komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada pimpinan secara timbal-balik (two-way traffic communication)” (Effendy: 2013:123).
  • Komunikasi horisontal, “Komunikasi horizontal ialah komunikasi secara mendatar, antara anggota staf dengan staf, karyawan sesama karyawan, dan sebagainya.” (Effendy: 2013: 124) 

B. Jenis komunikasi internal
  • Komunikasi persona, “Komunikasi persona ialah komunikasi antara dua orang dan dapat  berlangsung dengan dua cara: a) komunikasi tatap muka, b) komunikasi bermedia” (Effendy: 2013: 125)
  • Komunikasi kelompok, “Komunikasi kelompok ialah komunikasi antara seseorang dengan sekelompok orang dalam situasi tatap muka” (Effendy:2013: 126)
  • Komunikasi Eksternal, “Komunikasi eksternal ialah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan khalayak di luar organisasi”. (Effendy: 2013: 128)  
  • Komunikasi dari organisasi kepada khalayak, “Komunikasi dari organisasi kepada khalayak pada umumnya bersifat informatif, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak merasa memiliki keterlibatan, setidak-tidaknya ada hubungan batin” (Effendy: 2013: 28) 
  • Komunikasi dari khalayak  kepada organisasi, “Komunikasi dari khalayak kepada organisasi merupakan umpan balik sebagai efek dari kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi” (Effendy: 2013: 129)  

Menurut Face & Faules, (2001 dalam Akhmad 2013: 3) terdapat  indikator-indikator yang menunjang atau dapat dikatakan dengan arah aliran yang berbeda Yaitu:
  • Komunikasi ke Bawah. 
  • Komunikasi ke Atas. 
  • Komunikasi Horizontal.  
  • Komunikasi Lintas Saluran.  

Aliran arah komunikasi menurut Pace dan Faules (2013: 184-199) yaitu:
1. Komunikasi Ke Bawah.
  • Komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah. 
  • Ada lima jenis informasi yang Tabel bisaa dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan (Katz & Kahn, 1996): (1) informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan, (2) informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan, (3) informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi, (4) informasi mengenai kinerja pegawai, dan (5) informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of mission). 
2. Komunikasi Ke Atas.
  • Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (penyelia). Semua pegawai dalam sebuah organisasi, kecuali mungkin merek ayang menduduki posisi puncak, mungkin berkomunikasi ke atas-yaitu, setiap bawahan dapat mempunyai alasan yang baik atau meminta informasi dari atau memberi informasi kepada seseorang yang otoritasnya lebih tinggi daripada dia. Suatu permohonan atau komentar yang diarahkan kepada individu yang otoritasnya lebih besar, lebih tinggi, atau lebih luas merupakan esensi komunikasi ke atas.  
3. Komunikasi Horizontal.
  • Bentuk komunikasi horizontal yang paling umum mencangkup semua jenis antarpersona. Bahkan bentuk komunikasi horizontal tertulis cenderung menjadi lebih lazim. Komunikasi horizontal paling sering terjadi dalam rapat komisi, interaksi pribadi, selama waktu istirahat, obrolan di telepon, memo dan catatan, kegiatan sosial dan lingkaran kualitas. Lingkaran kualitas adalah sebuah kelompok pekerja sukarela yang berbagi wilayah tanggung jawab.
4. Komunikasi Lintas-Saluran.
  • Fayol (1916-1940) menunjukan bahwa komunikasi lintas-saluran merupakan hal yang pantas, bahkan perlu pada suatu saat, terutama bagi pegawai tingkat lebih rendah dalam satu saluran. 

Proses Komunikasi

Menurut Ansory dan Indrasari (2018: 145) pada tataran teoritis, paling tidak kita mengenal atau memahami komunikasi dari dua prespektif, yaitu :
1. Perspektif Kognitif
  • Komunikasi menurut Collin Cherry, yangmewakili perspektif kognitif adalah penggunaan lambang-lambang (symbols) untuk mencapai kesamaan makna atau berbagai infromasi tentang satu objek atau kejadian. 
  • Informasi adalah sesuatu (fakta, opini, gagasan) dari satu partisipan kepada partisipan lain melalui penggunaan kata-kata atau lambang lainnya. Jika pesan yang disampaikan diterima secara akurat, receiver akan memiliki informasi yang sama seperti sender, oleh karena itu tindak komunikasi telah terjadi. 
2. Perspektif Perilaku
  • Menurut BF. Skinner dari perspektif perilaku memandang komunikasi sebagai perilaku verbal atau simbolik di mana sender berusaha mendapatkan satu efek yang dikehendakinya pada receiver. 
  • Masih dalam perspektif perilaku, FEX Dance menegaskan bahwa komunikasi adalah adanya satu respons melalui lambang-lambang verbal dimana simbol verbal tersebut bertindak sebagai stimuli untuk memperoleh respons. Kedua pengertian komunikasi yang disebut terakhir, pada hubungan stimulus respons antara sender dan receiver. 

Setelah kita memahami pengertian komunikasi dari dua perspektif yang berbeda, kita mencoba melihat proses komunikasi daalam suatu organisasi. Menurut Jerry W. Koehler dan kawan-kawan, bagi suatu organisasi dipandang lebih praktis karena komunikasi dalam organisasi bertujuan untuk mempengaruhi penerima (receiver) satu respons khusus diharapkan oleh pengirim pesan (sender) dari setiap pesan yang disampaikanya. Ketika satu pesan mempunyai efek yang dikehendaki, bukan suatu persoalan apakah informasi yang disampaikan tersebut merupakan tindak berbagai informasi atau tidak.

Selanjutnya kita mencoba memahami proses komunikasi antarmanusaia yang disajikan dalam suatu model berikut: Proses komunikasi diawali oleh sumber (source) baik individu atau kelompok yang berusaha berkomunikasi dengan individu atau kelompok lain, sebagai berikut :
  1. Langkah pertama yang dilakukan sumbet adalah ideation yaitu penciptaan satu gagasan atau pemilihan seperangkat informasi untuk dikomunikasikan. Ideation ini merupakan landasan bagi suatu pesan yang akan disampaikan.
  2. Langkah kedua dalam penciptaan suatu pesan adalah encoding, yaitu sumber menerjemahkan informasi atau gagasan dalam wujud kata-kata, tanda-tanda atau lambang-lambang yang disengaja untuk menyampaikan informasi dan diharapkan mempunyai efek terhadap orang lain. Pesan atau message adalah alat-alat dimana sumber mengekpresikan gagasannya dalam bentuk bahasa lisan, bahasa tulisan ataupun perilaku nonverbal seperti bahasa isyarat, ekpresi wajah atau gambar-gambar.  
  3. Langkah ketiga dalam proses komunikasi adalah penyampaian pesan yang telah disandi (encode). Sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan cara berbicara, menulis, menggambar ataupun melalui suatu tindakan tertentu. Pada langkah ketiga ini, kita mengenal istilah channel atau saluran, yaitu alat-alat untuk menyampaikan suatu pesan. Saluran untuk komunikasi lisan adalah komunikasi tatap muka, radio dan telepon. Sedangkan saluran untuk komunikasi tertulis meliputi setiap materi yang tertulis ataupun sebuah media yang dapat memproduksi kata-kata tertulis seperti: televisi, kaset, video atau OHP (over head projector). Sumber berusaha untuk membebaskan saluran komunikasi dari gangguan atau hambatan, sehingga pesan dapat sampai kepada penerima seperti yang dikehendaki.  
  4. Langkah keempat, perhatikan dialihkan kepada penerima pesan. Jika pesan itu bersifat lisan, maka penerima perlu menjadi seorang pendengar yang baik, karena jika penerima tidak mendengar, pesan tersebut akan hilang. Dalam proses ini, penerima melakukan decoding, yaitu memberikan penafsiran interpretasi terhadap pesan yang disampaikan kepadanya. Pemahaman (understanding)  merupakan kunci untuk melakukan decoding dan hanya terjadi dalam pikiran penerima. Akhirnya penerima yang akan menentukan bagaimana memahami suatu pesan dan bagaimana pula memberikan respons terhadap pesan tersebut.  
  5. Proses terakhir dalam proses komunikasi adalah feedback atau umpan balik yang memungkinkan sumber memepertimbangkan kembali pesan yang telah disampaikannya kepada penerima. Respons atau umpan balik dari penerima terhadap pesan yang disampaikan sumber dapat berwujud kata-kata ataupun tindakan tertentu. Penerima bisa mengabaikan pesan tersebut ataupun menyimpannya. Umpan balik inilah yang dapat dijadikan landasan untuk mengevaluasi efektivitas komunikasi. 

Pengelolaan Komunikasi

Menurut Ansory dan Indrasari (2018:140) cara menangani atau mengelola komunikasi internal dan membuat pesan-pesan yang bersifat rutin di dalam sebuah organisasi :
  1. Mengurangi jumlah pesan
  2. Komunikasi yang dilakukan jangan terlalu sering dan jangan pula jarang
  3. Manajer perlu menentukan skala prioritas pesa
  4. Instruksi yang jelas. Manajer mempunyai tanggung jawab khusus uuntuk membuat setiap orang dalam organisasi tahu apa yang harus dilakukan. Komunikator dalam organisasi sudah seharusnya memahami kebutuhan dan tujuan organisasi secara keseluruhan. 
  5. Mendelegasikan tanggung jawab. Tujuan organisasi bisa tercapai bila manajer mempunyai kepercayaan bahwa orang lain dapat menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepada mereka. Manajer harus bisa mendelegasikan pekerjaan. 
  6. Melatih petugas. Komunikator yang baik akan selalu melakukan latihan-latihan yang teratur dan terencana dengan baik. Organisasi dianjurkan untuk memberikan pelatihan bagi komunikator. Komunikator perlu meningkatkan dan memperlancar kemampuan berbahasan dan keterampilan presentasinya. 

Gaya Komunikasi

1. Gaya Achievers
  • Mereka yang bergaya “achievers” adalah orang yang sangat mementingkan konten, damai, percaya diri, tidak sombong dan secara umum sangat menyenangkan. Mereka tidak pernah sombong atas hasil yang mereka capai, jika ada pekerjaan yang sukses maka mereka secari aktif akan mencari umpan balik, mendengarkan dengan sungguh-sungguh nilai yang diberikan dalam kritik orang lain.
  • Mereka merupakan orang yang humor meskipun ada dalam kekurangan, mereka selalu berusaha untuk melakukan penyesuaian yang diperlukan, dan secara positif memengaruhi orang lain untuk giat bekerja. Perilaku mereka yang menonjol adalah mematuhi standar kinerja organisasi yang mereka sesuaikan sendiri dan kerap kali standar mereka mungkin jauh lebih tinggi daripada yang telah diterapkan. (Alo Liliweri,2015). 
2. Gaya Pengendali (Controlling Style)
  • Gaya pengendali adalah gaya komunikasi di mana pengirim menyisakan sedikit ruang, atau bahkan tidak ada ruang bagi penerima untuk memberikan umpan balik atau balasan. Pada umumnya, mereka yang tampil dengan gaya ini adalah mereka yang berada pada hierarki kerja, sebagai senior di tempat kerja.  
  • Meskipun gaya ini membuktikan bentuk komunikasi yang efektif dalam situasi kritis, yang juga bisa dilakukan ketika mereka mengintimidasi bawahannya, namun mereka tetap mempertahankan gaya ini demi kekuasaan. Ada sedikit ruang untuk menggunakan gaya umpan balik untuk menghadapi mereka yang mempunyai gaya ini namun itu hanya terjadi untuk memastikan kejelasan tentang sesuatu demi menghindari kesalahpahaman.  
3. Gaya Egaliter (Egalitarian Style)
  • Gaya komunikasi ini jauh lebih efisien daripada gaya pengendali di atas karena gaya ini memfasilitasi komunikasi dua arah di mana informasi saling dibagi saling. Gaya komunikasi ini juga mendorong peserta untuk mengekspresikan ide-ide mereka dan karenanya menciptakan suasana koperasi dan sehat. Gaya egaliter adalah bentuk komunikasi dua arah yang melibatkan berbagai informasi daripada mengarahkan perilaku. 
  • Hal ini digunakan untuk merangsang orang lain untuk mengekspresikan ide-ide dan pendapat untuk mencapai saling pengertian. Dalam kebanyakan situasi terutama ketika dibutuhkan kerja sama, gaya ini lebih efektif daripada gaya pengendali.  
 4. Gaya Penstrukturan (Structuring Style)
  • Gaya komunikasi antarpersonal ini umumnya digunakan untuk tujuan komunikasi yang spesifik dan membawa koordinasi untuk organisasi. Orang dengan gaya ini selalu membuat percakapan satu arah yang menurutnya lebih baik. 
  • Seseorang yang menggunakan gaya ini cenderung akan mengutip standar perusahaan atau peraturan. Gaya ini diperlukan ketika orang hendak menginformasikan kepada orang lain tujuan atau prosedur suatu gugus tugas yang kompleks.  
5. Gaya Dinamis (Dynamic Style)
  • Gaya komunikasi dinamis melibatkan penggunaan kata-kata dan frase untuk memotivasi orang lain agar mendapatkan inspirasi demi mencapai tujuan tertentu. Gaya ini tidak berfungsi apabila penerima tidak memiliki pengetahuan cukup tentang tindakan yang diperlukan yang kita inginkan dari dia. 
  • Gaya ini bukan saja menginginkan orang lain untuk kerja tapi juga punya ilmu untuk bekerja. Gaya dinamis ini mengandalkan inspirasi untuk memotivasi orang lain agar dapat mengambil suatu tindakan yang tepat.  
6. Relinquishing Style
  • Gaya ini sangat terbuka untuk ide-ide sejauh ide tersebut dapat mentransfer tanggung jawab komunikasi kepada penerima. Gaya komunikasi ini bekerja dengan baik ketika pengirim dan penerima sama-sama tertarik untuk membawa percakapan tentang sesuatu ke masa depan. Gaya ini tidak terikat pada struktur hierarki. 
7. Withdrawl Style
  • Gaya ini adalah gaya komunikasi di mana individu dapat menunjukkan ketidaktertarikan dia secara penuh untuk berpartisipasi dalam proses komunikasi yang membawa dia ke depan. Gaya ini sengaja menimbulkan kesan bahwa mereka sedang “istirahat” dalam hubungan antarpersonal dengan orang lain. Gaya ini bisa saja disengaja dan ditampilkan seolah dilakukan oleh orang-orang polosn atau berada dalam situasi ketidaktahuan namun dapat menyakiti orang yang mereka cintai.  
  • Gaya ini timbul karena kurangnya komunikasi. Keterampilan mendengarkan yang baik dapat menjadi sesuatu yang penting bagi relasi dengan orang yang bergaya “withdrawl”.  
8. Gaya Rasional
  • Mereka yang memiliki gaya ini  sangat logis dan dalam membuat keputusan selalu rasional. Jika berkomunikasi dengan orang-orang seperti itu, dia akan memperkenalkan topik secara rasional dengan semua informasi pendukung. 

Pola Komunikasi

Pola komunikasi terdiri dari dua kata, yakni pola dan komunikasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pola yang berarti sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain. Maka dari itu, Pola komunikasi dapat diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang atau lebih, dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Istilah pola komunikasi biasa juga disebut dengan model atau system penyampaian pesan.

Menurut Effendy (1989) pola komunikasi adalah proses yang dirancang untuk mewakili kenyataan keterpautannya unsur-unsur yang dicakup serta kelangsungannya, guna memudahkan pemikiran secara sistematik dan logis. Pengertian lainnya dari Cangara dan Hafied (2006) dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi menyatakan bahwa pola komunikasi dapat diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang atau lebih, dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan  dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.

Seperti telah dipaparkan sebelumnya bahwa pola komunikasi merupakan suatu sistem penayampaian pesan melalui lambang-lambang tertentu, mengandung arti tertentu dan pengoperan langsung untuk mengubah tingkah laku individu yang lain. Meskipun semua organisasi harus melakukan komunikasi dengan berbagai pihak (internal maupun eksternal) untuk mencapai tujuannya, pendekatan dan sistem pesan yang dipakai antara satu organisasi dengan organisasi yang lain bervariasi atau berbeda-beda.

Untuk itu, menentukan suatu pola komunikasi yang tepat dalam suatu organisasi merupakan suatu keharusan. Pola komunikasi yang terjadi dalam organisasi dapat dilihat dalam bentuk aktivitas regular meeting. Dimana pola komunikasi yang terdapat dalam aktivitas regular meeting itu sendiri banyak dipengaruhi oleh jaringan komunikasi. Secara umum pola komunikasi yang terdapat dalam aktivitas regular meeting dikelompokkan menjadi jaringan komunikasi formal dan informal.

Jenis Pola Komunikasi 

Menurut Cangara dan Hafied (2006) dalam ilmu komunikasi terdapat empat jenis pola komunikasi yaitu;
1. Pola Komunikasi Primer
  • Pola komunikasi primer merupakan suatu proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu simbol sebagai media atau saluran. Pola ini terbagi menjadi dua lambang, yaitu lambang verbal dan lambang non-verbal. Lambang verbal berupa bahasa yang di gunakan sehari-hari oleh para komunikan dan komunikator. Sedangkan lambang nonverbal berupa gestikulasi tubuh, seperti: menggerakan kepala, mata, bibir, tangan. 
2. Pola Komunikasi Sekunder
  • Pola komunikasi secara sekunder adalah penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang pada media pertama. 
3. Pola Komunikasi Linear
  • Linear di sini mengandung makna lurus yang berarti perjalanan dari satu titik ke titik lain secara lurus, yang berarti penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal. Pola ini lebih dikenal sebagai pola komunikasi satu arah (one way traffic communication). Pola ini adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan, baik menggunakan media maupun tanpa media, tanpa ada umpan balik dari komunikan. Dalam hal ini, Komunikan bertindak sebagai pendengar saja. 
4. Pola Komunikasi Sirkulasi
  • Dalam pola ini, terjadinya feedback atau umpan balik, yaitu terjadinya arus dari komunikan ke komunikator, sebagai penentu utama keberhasilan komunikasi. Dalam pola komunikasi yang seperti ini proses komunikasi dapat terus berjalan dengan baik. Pola ini lebih dikenal dengan pola komunikasi dua arah atau timbal balik (two way traffic communication), yaitu komunikator dan komunikan menjadi saling tukar fungsi dalam komunikasi. Namun pada hakekatnya yang memulai percakapan adalah komunikator utama. Prosesnya dialogis, serta umpan balik terjadi secara langsung. 

Apabila dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan,komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai sesuatu yang diperbincangkan. Kesamaan bahasa yang digunakan dalam percakapan belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan kata lain, hanya dengan bahasa belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Percakapan kedua orang dapat dikatakan komunikatif apabila keduanya mengerti bahasa yang dipergunakan dan mengerti makna dari bahan/pesan yang dipercakapkan.

Akan tetapi, pengertian komunikasi yang dipaparkan di atas sifatnya dasar, dalam arti bahwa komunikasi minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yaitu agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima paham atau keyakinan, melakukan perbuatan atau kegiatan, dan lain-lain. (Suryanto,2015)

Dapat disimpulkan komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi antar manusia baik individu maupun kelompok, organisasi dalam kehidupan sehari-hari, yang merupakan bagian dari kehidupan itu sendiri agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain.

Daftar Pustaka Komunikasi

  • Ansory, A.F. & Indrasari, M. (2018). Manajemen Sumber Daya Manusia. Sidoarjo: Indomedia Pustaka.
  • Bungin, B., 2009. Sosiologi komunikasi. Prenada Media Group.
  • Cassata, M.B. and Asante, M.K. eds., 1977. The Social Uses of Mass Communication. State University of New York at Buffalo, Department of Communication, Communication Research Center.
  • Effendy, O.U., 1989. Kamus komunikasi. Mandar Maju.
  • Faules, D.F. and Pace, R.W., 2013. Komunikasi Organisasi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
  • Goldhaber, G.M., Ashaari, O.H. and Din, A.R.D.W., 1990. Komunikasi dalam organisasi. Dewan Bahasa dan Pustaka.
  • Hartley, P., 2002. Interpersonal communication. Routledge.
  • Hovland, C.L., 2007. Definisi komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
  • Jensen, W.L.R.J.W. and Peterson, T., 2004. Komunikasi massa. Jakarta: Prenada Media.
  • Mulyana, D., 2013. Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar (Cetakan Kelimabelas). Remaja Rosdakarya. Bandung.
  • Nugroho, A., 2010. Teknologi komunikasi. Graha Ilmu.
  • Siregar, A. and Effendi, N., 2006. Etika komunikasi. Pustaka Book.
  • Shadiq, F., 2004. Pemecahan masalah, penalaran dan komunikasi. Yogyakarta: PPPG Matematika.
  • Vardiansyah, D., 2004. Pengantar ilmu komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.
  • Wibowo, I.S.W., 2011. Semiotika Komunikasi: Aplikasi praktis bagi penelitian dan skripsi komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media.
  • Widjaja, H.A.W., 2010. Komunikasi (Komunikasi Dan Humas). Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Post a Comment

0 Comments